Pdt. Budi Santoso menyampaikan renungan yang sangat relevan bagi mahasiswa STTJKI Salatiga tentang pentingnya hidup dalam kebenaran, terutama di tengah berbagai tantangan hidup yang ada. Beliau mengingatkan bahwa hidup dalam kebenaran yang berpusat pada Kristus bukanlah hal yang mudah, tetapi merupakan panggilan yang harus dijalani dengan tekun dan penuh integritas. Mengacu pada Yohanes 14:6, Pdt. Budi menekankan bahwa Yesus adalah “jalan, kebenaran, dan hidup”, yang menjadi dasar kuat bagi setiap orang percaya untuk menjalani hidup dalam kebenaran.

Tuhan Sebagai Pusat Hidup
Dalam renungannya, Pdt. Budi menyatakan bahwa hidup dalam kebenaran berarti menempatkan Kristus sebagai pusat kehidupan kita. Kita dipanggil untuk setia mengikuti ajaran Kristus dan hidup sesuai dengan jalan yang telah ditunjukkan-Nya. Melalui Galatia 5:21, Pdt. Budi mengingatkan mahasiswa bahwa tinggal dalam Kristus adalah panggilan hidup orang percaya, yang berarti menjalani kehidupan dengan tujuan yang jelas, yaitu hidup yang berkenan di hadapan Tuhan.
Ciptaan Baru dalam Kristus
Menjadi ciptaan baru dalam Kristus berarti meninggalkan kehidupan lama dan segala bentuk kedagingan, serta hidup dalam kebenaran yang sejati. Pdt. Budi mengutip Yohanes 15:5, di mana Yesus mengajarkan bahwa tinggal dalam-Nya adalah kunci untuk menghasilkan buah yang baik dalam hidup. Tanpa tinggal dalam Kristus, segala usaha dan perbuatan akan sia-sia. Hidup dalam kebenaran tidak hanya soal pengetahuan, tetapi juga perubahan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Integritas dalam Kehidupan Sehari-hari
Pdt. Budi juga menekankan pentingnya integritas sebagai salah satu pilar utama hidup dalam kebenaran. Ketika seseorang telah menjadi ciptaan baru, maka pola hidup yang lama, seperti sifat mudah marah atau tersinggung, seharusnya ditinggalkan. Sebagai pengikut Kristus, kita harus menunjukkan kejujuran dan integritas dalam setiap aspek kehidupan kita, sehingga orang lain dapat melihat perubahan yang nyata dan menjadi saksi dari kebenaran yang kita hidupi.
Kuat Menghadapi Penderitaan
Dalam renungannya, Pdt. Budi juga mengingatkan bahwa hidup dalam kebenaran tidak berarti hidup tanpa penderitaan. Sebaliknya, sabar dalam penderitaan adalah bagian penting dari pembentukan karakter seorang hamba Tuhan. Kesulitan dan tantangan hidup justru menjadi sarana bagi kita untuk mengembangkan iman dan ketekunan. Pdt. Budi mengajak para mahasiswa untuk tetap kuat dan tabah dalam menghadapi penderitaan, karena melalui itulah Tuhan bekerja untuk membentuk kita.
Kasih dalam Hubungan Antar Sesama
Pdt. Budi juga menekankan pentingnya membangun hubungan yang baik dengan sesama sebagai salah satu bentuk hidup dalam kebenaran. Kasih Kristus yang hidup dalam diri kita seharusnya mempengaruhi cara kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Dalam hidup sehari-hari, kebenaran yang kita hidupi harus tercermin melalui tindakan kasih dan kebijaksanaan dalam memperlakukan sesama.
Kebijaksanaan dalam Hidup
Selain kasih, kebijaksanaan juga merupakan elemen penting dalam hidup dalam kebenaran. Pdt. Budi mengutip pepatah Jawa "Suro Diro Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti," yang berarti bahwa segala bentuk kekuatan dan kekuasaan yang jahat akan hancur oleh kebijaksanaan dan kebaikan. Hidup dalam kebenaran berarti hidup dalam kebijaksanaan, di mana kebaikan dan kasih yang kita tunjukkan dapat menghancurkan segala bentuk kejahatan.
Praktik Kehidupan dalam Kebenaran
Akhir dari renungan Pdt. Budi menekankan bahwa hidup dalam kebenaran berarti hidup yang menjadi teladan bagi orang lain. Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk menjadi terang di tengah kegelapan, menunjukkan kepada dunia bahwa kebenaran yang kita hidupi bukan hanya teori, melainkan sesuatu yang nyata dan berasal dari Tuhan. Kebenaran ini seharusnya memengaruhi seluruh aspek kehidupan kita, mulai dari cara kita berpikir, berbicara, hingga bertindak, sehingga orang lain dapat melihat Kristus dalam diri kita.