Ibadah Kapel di STT JKI

Pada tanggal 8 Oktober 2024, Sekolah Tinggi Teologi Jemaat Kristus Indonesia (STT JKI) mengadakan ibadah kapel yang dihadiri oleh para pimpinan, staf dosen, dan mahasiswa. Dalam ibadah tersebut, firman Tuhan disampaikan oleh Mahattama Banteng Sukarno. Dalam khotbahnya, Sukarno menekankan pentingnya menjalin hubungan yang erat dengan Tuhan, terutama di tengah kesibukan akademis.
Sukarno berbagi pengalamannya, di mana kesuksesan dalam berbagai penelitian dan karya ilmiah justru membuatnya merasa jauh dari Tuhan. Ia mengungkapkan bahwa meskipun banyak pencapaian yang diraih, kekosongan batin tetap menghantui dirinya. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya persekutuan ibadah gereja untuk mengisi kekosongan tersebut.
Mengacu pada Filipi 2:5-8, Sukarno mengingatkan hadirin untuk meneladani sikap Kristus yang merendahkan diri dan mengambil bentuk hamba. Ayat-ayat tersebut mengajak kita untuk memiliki pikiran yang sama dengan Kristus, yang meskipun dalam keadaan ilahi, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai sesuatu yang harus dipertahankan. Ia rela mengambil rupa seorang hamba dan taat hingga mati di kayu salib. Dengan meneladani Kristus, kita diajak untuk mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri.
Lebih lanjut, Sukarno menjelaskan bahwa iman tidak bisa hanya diukur dari prestasi akademis semata. Kesaksian hidup yang nyata dan berbagi kasih kepada sesama merupakan aspek penting dalam perjalanan iman. “Kebahagiaan sejati bukan hanya terletak pada pencapaian akademis, tetapi pada pemahaman yang benar tentang kedekatan dan kasih yang bisa kita bagikan,” tuturnya.
Sukarno juga menyoroti bahaya banalitas dunia, di mana banyak orang terjebak dalam rutinitas dan pencarian status sosial yang tidak berarti. Dalam upaya mengejar pengakuan dan citra, kita sering kali kehilangan makna sejati dari hidup yang diinginkan Tuhan. Banalitas ini dapat menjauhkan kita dari pengalaman spiritual yang autentik dan menyebabkan kekosongan batin yang lebih dalam.
Di tengah maraknya pencarian pengakuan dan citra di kalangan akademisi, Sukarno mengingatkan bahwa imperium citra dapat menyebabkan seseorang kehilangan fokus pada hal-hal yang esensial. Ia menekankan pentingnya mengimbangi ilmu pengetahuan yang dimiliki dengan hati yang hidup, sehingga dapat memberikan dampak yang lebih besar bagi masyarakat.
Ibadah kapel ini menjadi momentum refleksi bagi seluruh peserta untuk merenungkan kembali tujuan hidup dan panggilan mereka. Dengan mengedepankan nilai-nilai spiritual dalam setiap aspek kehidupan, diharapkan setiap individu di STT JKI dapat tumbuh menjadi pribadi yang berdampak positif.
Kegiatan ibadah kapel ini juga menjadi ajang untuk memperkuat ikatan antara mahasiswa, dosen, dan pimpinan, serta meneguhkan komitmen bersama dalam menjalani kehidupan akademis yang seimbang dengan nilai-nilai iman. Sebagai penutup, Sukarno mengajak semua hadirin untuk bersama-sama menjalin persekutuan yang lebih erat dengan Tuhan dan sesama, demi mencapai kehidupan yang lebih berarti.